Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi raksasa asal China Huawei Technologies mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah naungan Joe Biden, agar lebih terbuka pada perusahaan teknologi China.
Hal tersebut diungkap oleh pendiri Huawei Ren Zhengfei saat menghadiri pertemuan di peresmian laboratorium teknologi industri pertambangan miliknya di Taiyuan, China.
"Kami berharap pemerintah AS dapat memiliki kebijakan yang lebih terbuka untuk kepentingan perusahaan Amerika dan perkembangan ekonomi AS," ujar Zhengfei.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk berkecimpung di pusaran geopolitik yang melibatkan China dan AS.
Di bawah pemerintahan Trump, Huawei dicap sebagai ancaman keamanan nasional dan berada pada pembatasan dalam memperoleh chip komputer atau produk layanan yang dibuat menggunakan teknologi asal Amerika.
Beberapa anggota parlemen AS telah mendesak pemerintahan Biden untuk mempertahankan sanksi terhadap Huawei. Namun, pada pekan lalu, calon otoritas Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan, ia tidak melihat alasan kuat perusahaan China berada dalam daftar hitam AS.
Lebih lanjut Ren menawarkan berbagi teknologi 5G kepada AS dengan perusahaan miliknya.
"Kami sudah mengatakan sebelumnya bahwa teknologi 5G kami dapat ditransfer secara keseluruhan," ujar Ren, seperti dikutip SCMP.
Melansir CNBC, ia juga berharap pemerintah AS dapat membuka akses agar dapat membeli komponen material serta peralatan dari Amerika dalam jumlah besar. Sehingga, pihaknya dapat memperoleh manfaat dan pertumbuhan teknologi di China.
Pada 2019 lalu, Huawei ditempatkan dalam daftar Entitas AS yang berdampak pada pembatasan ekspor komponen ke perusahaan itu.
Selain itu, Google tidak lagi diizinkan untuk memberikan lisensi sistem operasi Android pada Huawei. Sebuah langkah yang menyebabkan penjualan ponsel pintar global raksasa telekomunikasi China itu anjlok.
AS juga dilaporkan telah memberhentikan pasokan chip utama kepada Huawei.